Tertuju pada satu figur yang menetap penuh arti.

 

Seperti biasa, selamat malam.

Untuk Tuan yang berhasil merenggut sepenuhnya rasa. Lantas meluluh-lantakkan semesta kecil ini, hingga seisi kepala hanya mampu tertuang dengan dirimu sebagai objeknya.


 

Lagi-lagi, suara kereta terdengar tipis. Seolah menyatu dengan angin yang diam-diam mampu menyampaikan seluruh pesan ini. Kalau memang bisa, besar harapanku agar dua ratus sekian kata ini terbawa lantas melekat pada perkamen dalam ruangan redupmu. Pasti itu akan mengejutkam, tapi sepertinya adil. Mengingat diriku yang sama-sama terkejut mengetahui jika ternyata aku mengagumimu. 
 

Apa kau tahu, bulan sepertinya mulai membenci semesta. Buktinya ia tidak pernah hadir. Mungkin, alasannya karena rintik yang senantiasa turun setiap sebelum senja hingga setelahnya. Tapi, apa mungkin jika bulan iri karena panggungnya dicuri oleh rintik lembut itu? Kekanakan sekali, ya? Persis sepertiku yang ingin berhenti menjadi genangan, lantas merangkak pada angkasa agar bisa menjadi bintang yang setidaknya sekali dalam semalam tanpa tidurmu itu kau tatap.

 

Pernah sekali, kutemukan sebuah artikel yang membahas jika bintang yang kita lihat hari ini adalah cahaya dari masa lalu. Atas dasar itu, apa berarti kita pernah melihat bintang yang sama? Memikirkannya sesaat saja cukup membuatku senang. Mengingat perasaan ini melintasi waktu dan menembus berbagai dimensi, yang lantas menjadi bukti jika dirimu sebatas fiksi.


Pada tahap ini, rasanya garis fakta serta fana seolah mengabur. Entah mungkin akibat diriku yang terlampau enggan mengingat nyata. Atau dirimu yang begitu terasa ada.

 

Ah, bagaimana ya? Rasanya tidak etis setelah membuatmu menghabiskan waktu membaca empat paragraf basa-basi kosong tadi, kalimat yang ingin kusampaikan belum juga tertulis. Sedikit memalukan, tapi untuk malam ini, benar-benar ingin kusampaikan. Di bawah pengaruh obat flu, dan di ambang rasa kantuk yang membuat pandanganku sedikit berbayang setiap kupejamkan mata.

 

 

 

 

 

 

 

 

Aku merindukanmu, yang bahkan belum pernah sedetik pun bernapas bersamaku.

 

Komentar

Postingan Populer